Sebenarnya, tidak ada rencana keluar di hari terakhir di Yogyakarta. Hem, ada rencana keluar sekadar membeli bakpia saja untuk oleh-oleh. Namun, tiba-tiba saya ingin eksplore kafe lagi. Maka, saya ingin ke Pasar Beringharjo dulu, kemudian mencari kafe.
Ada beberapa rekomendasi kafe yang saya dapatkan di internet. Saya mencarinya dengan kata kunci “kafe di Malioboro”. Lalu, salah satu laman muncul mengenai kafe di titik nol kilometer Yogyakarta, yang tidak jauh dari Malioboro.
Akhirnya, saya memutuskan untuk mencari 0 Kilometer Coffee & Tea yang menurut informasi ada di sekitar Titik Nol Kilometer Yogyakarta. Maka, setelah menjelajahi Pasar Beringharjo (niatnya cari sarapan di sini, tetapi hanya menemukan baju dan baju) saya berjalan kaki ke arah Titik Nol Kilometer Yogyakarta. Sesampainya di perempatan, saya berhenti dan melihat map.
Saya melihat kanan kiri, namun tidak menemukan yang saya cari. Saya melihat map lagi dan mencocokan dengan gedung BNI yang ada di perempatan itu. Akhirnya, saya memutuskan menyeberang dan berdiri di depan gedung Pos Indonesia. Ternyata, gedung Pos Indonesia itu ada kafe juga loh. Namanya Kopi Pos. Tapi, karena bukan ini tujuan saya maka lain kali akan saya coba kalau ke Jogja lagi.
Dari gedung Pos Indonesia jalan lurus ke arah gedung BNI, lalu belok kiri mengikuti trotoar. Dan, 0 Kilometer Coffee & Tea ada di belakang gedung BNI pas, bersebelahan dengan gedung perpustakaan. Itu berarti saya harus menyeberang.
0 Kilometer Coffee & Tea
Saya sangat excited masuk ke kafe ini. Dari luar terlihat pintu kafe yang desain kuno dan terlihat sangat Yogyakarta sekali. Lalu, di ruang pertama saya merasakan hawa dingin. Itu berarti ruangan ini ber-AC. Lalu, saya membuka pintu kedua. Di ruangan kedua ini merupakan ruangan semi-outdoor. Untuk memesan kopi pun ada di ruangan kedua. Bar ada di sebelah kiri, meja kayu besar dengan kursi-kursi mengelilinginya sebelah kanan. Sepertinya, pada sisi kanan ini merupakan tempat untuk pertemuan. Di depan bar terdapat meja dan sofa. Tak hanya kopi dan camilan lainnya. Di 0 Kilometer Coffee & Tea juga terdapat gelato.
Makanan dan Minuman
Menu yang ditawarkan beragam. Ada croissant, cake slice, makanan ringan dan berat. Pilihan kopi pun beragam. Namun, kafe ini lebih menonjolkan minumannya. Terlihat dari menu yang disajikan lebih banyak pilihan minuman daripada makanan berat. Saya rasa, memang cocok untuk dijadikan tempat sarapan. Lebih jelasnya, bisa cek menu di bawah ini.
Es Kopi Truntum
Es Kopi Truntum merupakan kopi susu gula aren. Untuk rasa kopinya cukup pekat. Kopi tersebut disajikan dalam cup yang kukuh, sehingga setelah kopi habis cup tersebut saya bawa pulang sebagai kenang-kenangan, hehe. Layer yang dihasilkan dari perpaduan kopi, susu, dan gula aren pun cantik, sehingga saya tidak menyia-nyiakan untuk memfotonya.
Croissant Plain
Sebelumnya, saya makan croissant di Cinema Bakery. Secara jujur saya katakan untuk croissant lebih enak di Cinema Bakery apalagi dengan harga yang sama. Di 0 Kilometer Coffee & Tea croissant plain mereka mengingatkan saya akan croissant 5 Days lebih enak sedikit.
Menyelesaikan Novel Arunika
Di kafe 0 Kilometer Coffee & Tea saya menulis akhir cerita novel Arunika. Tahu tidak, bahwa setiap kali saya ingin menyelesaikan novel saya, saya selalu galau karena takut mendapatkan komentar buruk dari pembaca. Sebelum ke Jogja, saya menyelesaikan novel di salah satu aplikasi dan mendapatkan komentar buruk sekali. Sampai akhirnya, saya tidak bisa tidur.
Maka, ketika menyelesaikan novel Arunika ini pun, saya merasakan hal yang sama. Tapi, bahkan sebelum novel Arunika saya tulis, saya sudah tahu bagaimana akhir cerita novel ini. Oleh sebab itu, saya tetap menuliskannya seperti tujuan awal.
Setelah selesai menulis, saya melanjutkan jalan-jalan ke Malioboro lagi, mengunjungi Teras Malioboro dan mencari oleh-oleh.
Semoga nanti saya bisa jalan-jalan lagi ke Yogyakarta!
NB: Maaf, tidak ada foto ruang pertama (ber-AC), nanti saya sertakan videonya saja, ya.